Allahumma 'anta-ssalam wa minka-ssalam Tabarakta Rabana Ya Dhal Jalalil Wal-'ikram, Rabbana Taqabbal Minna Innaka 'Anta-ssami^ul ^alim, Wa Tub ^Alayna innaka'Antat-Tawaubur-Rahim, Rabana 'Atina fid-Dunya Hassanah, wa fil-'Akhirati Hasanah, wa Qina ^Adhaban-Nar, Rabana Hab lana min 'azwajina wa dhuriyatina qurrata A^yunin waj^alna lilmuttaqina Imama, Wa subhana rabika Rabul-^izzati ^amma yasifoon, wa salamun ^alalmursaleen, wal-Hamdulillahi Rabil-^alameen.
Allahumma inni 'abduka, ibnu 'abdika, ibnu amatika, naasiyati biyadika, maadhin fiyya hukmuka, 'adhlun fiyya qadha'uka asaluka bi kulli ismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, aw an-zaltahu fi kitabika, aw'allamtahu ahadan min khalqika, awista'tharta bihi fi 'ilmil-ghaibi 'indaka, an taj'alal-Qur' ana Rabbi'a qalbi, wa nura sadri, wa jalaa'a huzni, wa dhahaba

Sunday, March 07, 2010

Jihad seorang ibu




Rasulullah SAW bersabda,
”Setiap jerih payah istri di rumah sama nilainya dengan jerih payah suami di
medan jihad.” (HR Bukhari dan Muslim). Pada dasarnya, Islam telah memberikan
keistimewaan kepada para istri untuk tetap berada di rumahnya. Untuk mendapatkan
surga-Nya kelak, para istri cukup berjuang di rumah tangganya dengan ikhlas.
Tetesan keringat mereka di dapur dinilai sama dengan darah mujahid di medan
perang.

Menjadi ibu rumah tangga kedengarannya memang sepele dan remeh, hanya
berkecimpung dengan urusan rumah dari A-Z, namun siapa sangka banyak sekali
kebaikan dan hikmah yang dapat diperoleh. Ibulah yang mengambil porsi terbesar
dalam pembentukan pribadi sebuah generasi.

Pertumbuhan suatu generasi bangsa pertama kali berada di buaian para ibu. Di
tangan ibu pula pendidikan anak ditanamkan dari usia dini, dan berkat keuletan
dan ketulusan ibu jualah bermunculan generasi-generasi berkualitas dan
bermanfaat bagi bangsa dan agama.

Dalam Islam, ini adalah tugas besar, namun sangat mulia dan akan
dipertanggungjawabk an di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Seorang
istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas
kepemimpinannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sayangnya, kebanyakan wanita modern saat ini tidak menyukai aktivitas rumah
tangga
. Mereka lebih bangga bekerja di luar rumah karena beranggapan tinggal di
rumah identik dengan ketidakmandirian dan ketidakberdayaan ekonomi. Maka,
jadilah peran ibu di rumah dianggap rendah, dan tidak sedikit ibu rumah tangga
yang malu-malu ketika ditanya apa pekerjaannya.

Meskipun seorang wanita tidak bekerja setelah lulus sarjana, ilmunya tidak akan
sia-sia, sebab ia akan menjadi ibu sekaligus pendidik bagi anak-anaknya.
Kebiasaan berpikir ilmiah yang ia dapatkan dari proses belajar di bangku kuliah
itulah yang akan membedakannya dalam
mendidik anak. Seorang ibu memang harus
cerdas dan berkualitas, sebab kewajiban mengurus anak tidak sebatas memberi
makan.

Ia harus mampu merawat dan mendidik anak-anaknya dengan benar, penuh kasih
sayang
, kesabaran, menempanya dengan nilai dan norma agama agar sang anak mampu
menghindar dari pengaruh lingkungan dan kemajuan teknologi yang merusak akal dan
akhlaknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh seorang ibu yang cerdas.

No comments:

Post a Comment


Taubat sebelum terlambat.

Taubat sebelum terlambat.

Kami redha permergianmu...wahai khalifah kecil

Kami redha permergianmu...wahai khalifah kecil

Asma Allah